TDW University

TUTUR KATA

>> Tuesday, July 21, 2009

"Monyet lo", "anjing banget", "tai lo", "bangsat" maaf...kesemuanya merupakan sebagian dari kata-kata umpatan atau hanya embel-embel yang sepertinya telah di anggap sebagai "wajib" bagi sebagian anak-anak remaja-usia sekolah(di mulai dari tingkat SMP sampai dengan SMU). Tidak hanya pelajar pria yang menggunakan kata-kata kotor itu, tapi juga pelajar wanitanya seperti berlomba untuk terbanyak menggunakan kata-kata tersebut.

Pernah suatu kali berbarengan dengan empat orang pelajar wanita yang masih duduk di bangku sekolah Menengah Pertama (SMP) di dalam sebuah mikrolet yang aku tumpangi. Mereka ngobrol dan bercanda layaknya anak-anak ABG lain. Namun di setiap candaan mereka selalu terselip kata-kata kotor dan sangat kasar. Sampai yang mendengarnya risih. Dan mau tidak mau akhirnya menegur mereka, dan mencoba menasehati agar tidak melakukannya lagi. Tapi dasarnya ABG mereka malah cekikikan lagi setelah sesaat terdiam karena ada yang menegur.

Terlintas dalam pikiran pertanyaan-pertanyaan : "Pernahkah mereka menggunakan kata-kata kotor itu di dalam rumah mereka masing-masing?", "bagaimana reaksi orang tua mereka?". Mungkin ada sebagian orang tua yang tidak peduli dengan tutur kata anak mereka, baik itu di dalam rumah apalagi di luar rumah. Bahkan ada yang tidak peduli dan tidak ambil pusing dengan tutur kata anak-anaknya, karena mungkin malah para orang tua sendiri yang secara sadar maupun tidak sadar malah mencontohkan penggunaan kata-kata kotor dan tidak pantas saat bertutur kata.

Tutur kata yang kasar seperti diatas mungkin menjadi terbiasa bagi para remaja dan pelajar itu, dikarenakan lingkungan diluar rumahnya sudah sangat terbiasa dengan kata-kata tersebut. Yang pada akhirnya para pelajar itu berusaha untuk mengikuti atau pada awalnya hanya ikut-ikutan sebagai iseng belaka. Namun lama kelamaan menjadi terbiasa menggunakannya. Seperti mata rantai yang sulit diputuskan, karena sudah seperti bahasa gaul sehari-hari.

Tapi bukan tidak mungkin mata rantai keburukan itu kita putus dan digantikan dengan tutur kata yang baik yang lebih islami. Dan ini diperlukan kerja sama dari berbagai pihak. Terutama para orang tua dirumah, yang harus memberikan contoh terlebih dahulu kepada anaknya. Dan yang menjadi filter pertama kali dalam segala prilaku dan tingkah laku anak-anaknya. Karena pada dasarnya anak-anak hanya ikut-ikutan teman di awalnya. Jadi bila sudah diarahkan terlebih dahulu dirumah maka akan mudah mereka untuk menjalaninya di luar rumah. Setelah pihak orang tua, maka kemudian tanggung jawab bergulir kepada lingkungan. Tetangga, saudara, teman, guru menjadi lingkungan terdekat anak setelah keluarga yang ada di rumah. Bila ini bisa dimulai dari sekarang, maka akan terputuslah tutur kata yang tidak baik tadi.

Berikut adalah kata-kata pengganti yang islami dan diutamakan dalam bertutur kata:
  1. Alhamdulillah: untuk bersyukur karena mendapatkan kebaikan
  2. Innalillahi: bila mendapatkan kesusahan/kesedihan, terkejut
  3. Masyaallah: bila melihat sesuatu yang menakjubkan, terkejut
  4. Insyaallah: bila hendak melakukan perjanjian

Bila bukan kita yang memulai lantas siapa lagi. Kita perbaiki generasi muda yang akan datang, untuk masa depan yang lebih bersahabat, ceria dan bersemangat. Yuk kita budayakan bertutur kata yang baik.





0 comments:

Post a Comment

About This Blog

Tempat aku berbagi cerita, pengalaman. Serta belajar dari teman-teman yang hebat

  © Blogger templates Inspiration by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP