TDW University

HARI PERTAMA SEKOLAH

>> Monday, July 13, 2009

Senin ini adalah hari pertama anak sekolah memulai kegiatan belajar mengajar setelah kurang lebih dua minggu lamanya mereka libur kenaikan kelas. Tadi saat menuju ke kantor, sempat melihat keadaan lapangan sekolahan yang kebetulan terlewati. Mereka sedang berbaris, mempersiapkan diri untuk mengikuti upacara bendera yang memang diadakan setiap hari Senin. Di sisi sebelah timur dari barisan itu berbaris lah anak-anak baru, yaitu anak kelas satu. Agak bergeser sedikit dari barisan itu, tepatnya di bagian luar lapangan maka dapat terlihat bergerombol para orang tua murid (Bapak, Ibu) yang menunggui anak-anak mereka yang memang baru memasuki Sekolah Dasar.

Belum terlihat ada insiden dari anak-anak kecil itu, karena biasanya mereka "ber-ulah" setelah mereka memasuki ruang kelas untuk belajar. Akan terjadi anak-anak itu menangis, merengek minta pulang, ketakutan, kelelahan. Masih dibutuhkan adaptasi dari suasana rumah ke kelas baru (bagi mereka yang sama sekali belum pernah sekolah, mis. TK) atau diperlukan adaptasi dengan suasana kelas serta teman yang baru (bagi mereka yang pernah duduk di TK). Maka disinilah fungsi orang tua untuk menenangkan anaknya agar bisa bertahan di dalam kelas untuk mengikuti proses adaptasi tersebut.

Tapi anehnya tidak hanya di dua sekolah tingkat dasar tersebut yang dipenuhi oleh orang tua yang menunggui anaknya. Hanya berjarak 50 meter dari SD tersebut, terdapat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri. Ternyata ada beberap orang tua murid yang juga menunggui anaknya yang baru memasuki SMK tersebut. Yang kebetulan mereka memasuki masa orientasi siswa baru. Terlihat rambut mereka di kuncir dengan aneka warna pita (bagi siswi) dan bermacam atribut lain yang diperintahkan oleh para seniornya. Heran juga, kenapa para orang tua itu menunggui anak-anaknya. Apakah memang karena iseng atau penasaran ingin tahu apa saja yang dilakukan pada masa orientasi tersebut, ataukah mereka memang merasa khawatir seperti saat mereka mengantarkan anak-anak mereka di SD dulu. Wah kalau yang terkhir alasannya, kok terasa kurang mendidik ya. Dimana orang tua tidak mengajarkan kemandirian kepada anak-anaknya, untuk mempersiapkan diri mereka memasuki masa transisi ke usia remaja untuk kemudian menjadi dewasa. Kekhawatiran orang tua yang terlalu besar terkadang bisa dimanfaatkan oleh anak. Mereka menjadi manja dan ingin semua keinginannya dituruti serta dilayani bak seorang raja oleh orang tuanya.

Begitulah sikap para orang tua kebanyakan. Yang merasa terlalu khawatir sesuatu yang buruk akan terjadi dan menimpa kepada anak-anaknya. Memang diperlukan kehati-hatian dalam menjaga mereka. Mungkin kalau sesekali merasa khawatir, masih bisa dimaklumi. Namun kalau setiap saat kekhawatiran itu terjadi bahkan menjadi terlalu memanjakan anak, maka perlu berjaga-jaga juga agar kelak di kemudian hari sikap orang tua itu tidak akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri juga anaknya. Karena pasti akan merasa kewalahan dalam melayani dan menuruti semua keinginan sang anak. Dan juga bisa menjadi bibit yang tidak baik kepada anak-anaknya sendiri. Karena akan terbentuk lah mental anak yang terlalu tergantung kepada orang tua, manja dan gampang menyerah dan berputus asa.

Mungkin hal diatas belum pernah dialami oleh ibu-ibu muda yang baru memiliki anak kecil dan belum memasuki masa usia sekolah, masih perlu beberapa tahun lagi hingga bisa mencapai pada posisi seperti mereka. Tapi perlu juga ibu-ibu muda ini belajar dan mencontoh dari mereka, dan juga para orang tua kita sendiri yang selama ini telah menanamkan kemandirian kepada diri kita masing-masing. He..he..he.. memang mengucapkan itu jauh ebih mudah daripada menjalani dan mengerjakannya. Ya namanya juga lagi belajar jadi seorang ibu yang baik kan tidak apa-apa.

















0 comments:

Post a Comment

About This Blog

Tempat aku berbagi cerita, pengalaman. Serta belajar dari teman-teman yang hebat

  © Blogger templates Inspiration by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP