TDW University

JALAN PINTAS

>> Tuesday, August 11, 2009


Kebiasaan buruk dari masyarakat. Mencari jalan pintas, agar bisa segera sampai ditempat tujuan dikarenakan malas melalui pintu yang memang telah disediakan. Akhirnya menerobos pagar. Ini terjadi di Monas pada hari Ahad 9 Agustus 2009.

Read more...

JAM KARET

Oleh-oleh dari Monas pada Ahad, 9 Agustus 2009. Dua kegiatan bisa dilakukan beriringan, pertama mengikuti acara penutupan pengajian dan yang kedua sebelum pulang ke rumah menyempatkan diri melihat acara persiapan peresmian Jakarta Kite Festival. Dibilang masih persiapan, karena acara yang sedianya di mulai pukul 08.00 pagi, namun sayang hingga pukul 08.45 masih juga belum di mulai peresmian. Lagi-lagi perilaku masyarakat yang sedikit membuat malu, apalagi kalau bukan jam karet.

Bicara tentang jam karet ini, sungguh menarik. Tentunya kita semua sudah mengetahui arti sebenarnya dari jam karet. Sudah menjadi rahasia umum bahwa jam karet, menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan namun dengan jam yang terlambat atau mundur jauh sekali dari jam yang dijadwalkan. Apapun jenis kegiatan yang dilakukan, apakah kegiatan formal ataupun informal.

Jam karet ini akhirnya menjadi sebuah "kebudayaan" yang diakui di dalam masyarakat saat ini. Bagaimana tidak, semua hal sering kali dilakukan dengan menggunakan jam karet. Padahal kalau saja kita mau memikirkan sedikit hal tersebut, pastilah kita dapat menemukan banyak kerugian yang bakal dialami. Kerugian yang timbul tidak hanya diterima oleh si pelaku jam karet, bahkan bisa merugikan 2x lebih banyak bagi orang yang tidak mengenal jam karet (= si tepat waktu). Dan biasanya si jam karet dengan tidak ada rasa bersalah cuek bebek dengan kondisi yang telah dibuatnya. Sementara si tepat waktu haruslah mendongkol dan menahan kekesalan karena membuang waktunya dengan percuma "hanya" untuk menunggu si jam karet serta kehilangan waktunya yang berharga.

Budaya ini seharusnya tidak perlu ada, jikalau semua orang sadar bahwa ada kepentingan orang lain yang terhubung dengan kita. Dan semua seharusnya mengetahui apa pentingnya TEPAT WAKTU. Memang dibutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk merubah budaya dan mental masyarakat yang terlanjur menjadikan jam karet ini sebagai budaya dalam berhubungan dengan orang lain. Semua bisa di rubah dan belum terlambat, jikalau ingin memperbaikinya. Berikut enam buah tips yang harus dilakukan adalah:
  1. Mempunyai kesadaran yang tinggi bahwa tepat waktu sangat menguntungkan dan menyenangkan
  2. Berusaha menepati janji untuk datang tepat waktu (on time) atau biasakan datang beberapa saat sebelum kegiatan di mulai (in time)
  3. Segera memulai dan mengakhiri kegiatan tepat pada waktu yang telah disepakati/dijadwalkan
  4. Jangan menunggu orang yang telat datang
  5. Jangan memundurkan kegiatan hanya untuk menunggu peserta untuk hadir
  6. Beri sanksi sosial bagi si jam karet (misalnya: ditegur, ditinggal)

Yuk kita mulai dari diri kita sendiri dan ajak keluarga serta teman untuk membudayakan TEPAT WAKTU. Mudah-mudahan dengan tips diatas kita dapat membiasakan diri untuk menuju budaya yang lebih baik.



Read more...

BERSYUKUR

>> Friday, August 7, 2009

Kemarin sore lepas kantor, naik mayasari nomor 300 menuju ke masjid Al-Azhar, Kebayoran. Banyak yang bisa di ambil hikmahnya di sepanjang perjalanan. Kebetulan sudah hampir lima tahun tidak pernah naik bis saat jam pulang kerja. Ternyata setelah lima tahun, kondisinya masih sama. Dimana masih banyak penjual yang menjajakan dagangannya serta pengamen. Bahkan kondisi dimana para sopir dan kondektur bis seenaknya menurunkan dan memindahkan penumpang ke bis lain di tengah perjalanan - tanpa memperhatikan keselamatan - hanya karena mereka ingin putar balik ke arah sebaliknya, yang lagi-lagi dengan alasan klasik: ingin mengejar setoran.

Yang ingin dibagi disini saat ada pengamen yang mengajak serta keluarganya (istri dan satu anak yang masih digendong). Ya, mereka bekerja sama mencari nafkah dengan menjajakan suara. Tidak sengaja, terasa ada yang mendesir di dada, melihat mereka. Seperti dibukakan mata dan hati agar lebih banyak bersyukur dengan kondisi keluarga saat ini.

Sering diri merasa kurang, dengan kondisi ambil contoh: ekonomi. Kami sering merasa tidak cukup untuk membayar ini membayar itu cicilan ini cicilan itu, beli ini beli itu (yang pastinya untuk memenuhi kebutuhan sekunder bahkan tersier). Sementara kalau ingin berkaca dengan mereka, owalah diri ini menjadi sangat tidak bersyukur dengan rizki yang telah diberikan. Mereka pengamen keluarga itu, mungkin mengamen masih untuk memenuhi kebutuhan primernya (sandang, pangan, papan).

Ayo sadar dong, wahai diri... "Nikmat tuhan yang mana lagi yang kau dustakan"... Ya, Allah terima kasih, telah memberi kesempatan sore tadi untuk belajar menjadi hamba yang lebih bersyukur.








Read more...

SAMBUT RAMADHAN

>> Tuesday, August 4, 2009

Hanya dalam hitungan hari maka kita akan memasuki bulan suci Ramadhan. Sudahkah persiapan untuk menyambut datangnya bulan suci ini telah kita persiapkan dengan matang dan baik? Kebanyakan orang akan menganggap bulan Ramadhan sama seperti bulan-bulan yang lainnya. Sehingga tidak ada persiapan yang dilakukan. Kecuali hanya terlintas saja dipikiran bahwa nanti akan berpuasa, sahur dini hari menjelang subuh, buka puasa dan segala macam kegiatan yang hanya berupa seremonial saja. Dikatakan seremonial, karena kita lupa akan esensi dari Ramadhan itu sendiri, yang kita ingat dan persiapkan hanyalah "kesenangan" di bulan Ramadhan.

Mungkin ada sebagian orang (jangan-jangan aku termasuk didalamnya ya) tidak pernah terpikirkan bagaimana menjadikan Ramadhan sebagai bulan tempat pelatihan dan pembelajaran bagi diri untuk menghadapi 11 bulan lainnya. Sehingga seharusnya memanfaatkan dengan baik momentum dari Ramadhan. Cenderung hanya mengalami eforia dengan datangnya bulan suci hanya di satu minggu pertama, selanjutnya terserah Anda yang memaknai.

Bahkan lebih banyak energi dan pikiran yang dicurahkan hanya untuk menunggu dan menyambut datangnya Idul Fitri. Lagi-lagi yang terlintas hanyalah "pesta" kemenangan. Tanpa ada bekas di hati dan perbaikan diri setelah mendapat "gojlokan" di bulan Ramadhan. Begitulah pada umumnya kita melalui hari-hari di bulan penuh berkah.

Mudah-mudahan harus ada yang berbeda untuk Ramadhan kali ini. Kita harus merencanakan dengan baik agar bisa menjalani Ramadhan dengan penuh makna dan berkah, sehingga kelak Allah akan menjadikan kita sebagai hambaNya yang lulus dalam bulan tersebut. Mari kita rencanakan bersama keluarga kita, dengan mengajak mereka ikut serta dalam merencanakannya, semoga bisa menjadi modal awal untuk menjalani Ramadhan dengan semangat yang tinggi.

"SELAMAT DATANG YA RAMADHAN"








Read more...

JOJOBA

>> Monday, August 3, 2009

Judul kali ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan nama minyak. Tapi judul di atas di pilih karena meminjam istilah dari salah satu bos di kantor untuk tulisan ini. Pemilihan judul diatas melalui sebuah pertimbangan ke unikan, karena terdiri dari deretan huruf-huruf: J - O - J - O - B - A, yang pada akhirnya membentuk sebuah kata "Jojoba". Aku sendiri baru sadar kalau jojoba itu merupakan nama sebuah minyak. Namun kali ini yang di tulis disini bukanlah tentang minyak. Tapi ya tidak jauh-jauh, karena masih berhubungan dengan jojoba oil itu sendiri. Siapa lagi kalau bukan mahluk bernama wanita. Duh kepanjangan ngelanturnya he.. he..


Jojoba disini memiliki kepanjangan: jomblo jomblo bahagia. Bila para jombler yang ada di tanya: Apakah mereka bahagia dengan statusnya sebagai jomblo saat ini? maka pastinya akan didapatkan jawaban yang beragam. Ada yang akan menjawab "Ya" dan tidak sedikit pula yang menjawab "Tidak". Itu wajar saja bila jawabannya bisa beragam.

Yang menjawab "Ya", mungkin mereka memang memilih hidup sendiri selamanya. Dan mereka merasa bahagia dengan kondisi dirinya saat ini. Dimana mungkin mereka memiliki karir yang bagus dan memiliki jabatan di kantor, atau usaha yang dimilikinya berjalan dan maju dengan cepat, hingga telah mapan dalam hal materi. Mereka memiliki kawan yang banyak sehingga bisa berhubungan, beraktivitas dengan siapa saja sehingga tidak merasa kesepian. Sementara yang memberikan jawaban "Tidak", mungkin mereka sudah ingin memiliki pasangan, namun pasangan yang ditunggu-tunggu tidak kunjung datang. Dan mereka tidak tahan dengan omongan orang-orang disekitar yang sedikit banyak menyita pikiran dan lama kelamaan mengganggu juga. Jadilah hari demi hari dilalui dengan kemurungan.

Bagi para jojoba, belum adanya pasangan disamping tidak terlalu mengganggu, karena diimbangi dengan karir dan posisi bagus serta materi yang sudah mapan. Tapi kalau bicara jujur mereka juga ada perasaan ingin segera melepas kesendiriannya. Mungkin ada juga perasaan terganggu dengan omongan-omongan miring yang tidak benar, karena terkadang masyarakat memberi andil yang tidak baik juga, dimana mereka memberikan cap-cap yang belum tentu benar tentang para jojoba. Dari cap wanita nakal, wanita simpanan dan cap-cap lain yang diberikan kepada para jojoba... sedih ya kalau sampai cap itu menempel pada diri kita.

Masyarakat (= dalam hal ini tetangga terdekat) tidak memiliki alasan untuk memberikan cap atau label tertentu pada jojober itu. Karena kondisi yang belum memungkinkan atau memang Sang Pencipta belum memberikan dan mempertemukan jojober itu dengan pasangan mereka masing-masing. Kalau sudah begitu jojober hanya bisa tawakal saja sambil menunggu datangnya pasangan yang tepat, serta tidak lupa untuk terus berusaha.

Mengutip perkataan teman beberapa tahun yang lalu: "Gue sih takut kalau sampai meninggal nanti, tapi belum juga memiliki anak. Siapa yang bakalan do'ain nantinya". Dug... kena banget kalimat temen tadi. Benar juga, siapa yang akan mendo'akan kita kelak bila kita telah meninggal dunia, duh... ngeri juga ya. Mungkin kalimat teman tadi bisa dijadikan sebagai pemecut bagi para jojoba untuk giat dalam menjemput pasangan. Ayo Semangat...!!!










Read more...

About This Blog

Tempat aku berbagi cerita, pengalaman. Serta belajar dari teman-teman yang hebat

  © Blogger templates Inspiration by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP