TDW University

Minyak mu...

>> Friday, December 7, 2007

Teng...teng...teng... begitu si abang menjajakan dagangannya. Bermodal sendok yang dipukulkan ke pinggiran wajan.

Setelah lebaran, seolah menjadi tempat mangkal yang menyenangkan bagi si abang. Di seberang rumahku akhir-akhir ini menjadi ramai mengerumuni si penjual gorengan. Kali ini yang di jual bukanlah gorengan pisang, combro, risol, ubi ataupun singkong. Namun yang dijajakan adalah daging burung dan ayam yang di goreng di wajan si abang.

Bila diperhatikan, bisa disayangkan para penjual itu sangat tidak memperhatikan kualitas dari dagangannya. Maksudnya disini adalah apakah dagangannya itu dapat mempengaruhi kesehatan dari si pembelinya atau tidak. Bagaimana tidak dari dalam rumah tercium sangat pekat dan bisa membuat nafas terengah-engah. Aroma itu disebabkan oleh minyak goreng yang sudah berubah warnanya menjadi coklat kehitaman yang sangat pekat. Dikarenakan pemakaian yang berulang-ulang.

Hmm... bila dicermati lebih teliti, sepertinya jajanan atau makanan yang di jual oleh para pedagang sangatlah tidak sehat untuk tubuh. Tapi sayangnya kita sebagai konsumen akhir sering sekali tidak memperhatikannya.

Read more...

Acungan Jempol untuk Bapak Tua

Umurnya mungkin hampir sama dengan umur simbok (= panggilan ibu, dalam bahasa Jawa. Tapi yang kupanggil ini adalah mbahku). Tapi entah karena penyakit tulangnya atau memang umurnya yang membuat dia tampak lebih tua. Karena setiap berjalan pasti menggunakan tongkat.

Bapak tua ini tidak lantas menyerah dan menunggu belas kasih orang lain untuknya. Dengan kesulitannya berjalan dengan menggunakan tongkat, tapi dia masih tetap melaksanakan sholat berjamaah di masjid setiap hari. Setiap sholat dia pasti akan memilih tempat di pinggir tembok, yang berfungsi sebagai bahan penyangga badannya pada saat akan ruku, sujud dan bangun dari duduk diantara dua sujud. Apabila dirinya menemui tempat favoritnya ditempati oleh orang lain maka dia akan "mengusir" orang itu. Namun bila dirasa tidak kuat, maka dia akan sholat sambil duduk. Begitulah aktivitasnya pada saat sholat berjamaah di masjid.

Bapak ini tinggal hanya dengan dua orang cucunya, karena istri tercinta sudah meninggal terlebih dahulu. Sementara anak dan menantunya ada di tempat lain di Jakarta. Keluarga kami memang hanya kenal nama dan mukanya saja dengan bapak itu, namun beberapa waktu yang lalu, dia menyempatkan datang kerumah dengan menggunakan tongkat setianya. Bila dihitung sudah tiga kali dia kerumah kami.

Dia kerumah untuk meminjam sejumlah uang ke ibuku. Tidak banyak hanya Rp. 50.000,- entah untuk keperluan apa. Yang terpikir saat itu kemana anak-anaknya, apakah mereka tidak memperhatikan orangtuanya ini? Sebelum pamit pulang si Bapak menyampaikan bahwa dia akan segera akan mengembalikan uang pinjamannya setelah mengambil uang pensiunannya. Sementara ibu mengatakan "tidak usah dikembalikan pak, biar untuk bapak saja". Ibu berkata seperti itu karena merasa kasihan terhadapnya. Tapi dia bersikeras untuk mengembalikannya. Akhirnya ibu mengalah saat itu, hanya untuk menyenangkannya. Namun telah merelakannya bila memang bapak tua itu tidak mengembalikan uang pinjaman tersebut. Dan benar saja sesuai yang dijanjikan bapak tua datang lagi kerumah untuk mengembalikan uang yang dipinjamnya beberapa waktu yang lalu.

Kami acungkan jempol dan salut kepada si Bapak. Setelah di hitung dia kerumah untuk meminjam uang dari ibu sudah 2 kali, dan selalu tepat mengembalikan pinjamannya, walaupun sudah dikatakan untuk tidak perlu mengembalikannya. Kami salut terhadap kegigihan bapak tua untuk menjaga harga dirinya (= izzah) di depan orang lain. Karena tidak sedikit orang yang masih muda saja, dengan mudahnya menjatuhkan harga dirinya ke level yang sangat rendah bahkan hina.

Belajar dari si Bapak tua. Bahwa ketuaan dan kelemahan yang kita alami, tidak perlu kita gadaikan untuk mencari belas kasih orang lain, untuk kemudian kita memanfaatkan demi sebuah keuntungan. Sungguh jarang aku menemui orang seperti si Bapak tua. Terlebih di masa sekarang, dimana keadaan ekonomi begitu sangat sulit, menghimpit semakin kencang, seolah tidak akan pernah bisa terbebas dari himpitan. Sehingga banyak yang ambil cara-cara mudah tanpa berkenginan untuk berusaha dan bekerja.

Ya Allah, jadikanlah hamba menjadi orang yang dilimpahi keberkahan dari rizki-Mu, jauhkan kami dari ke fakiran yang bisa menjerumuskan kami ke kafiran. Ijinkan kami bisa berbagi dengan sesama. Amiin.

Read more...

Jangan di Baca

>> Tuesday, December 4, 2007

Jangan di baca tulisan ini kalau memang tidak tinggal di Jakarta. Karena ini khusus untuk orang-orang yang tinggal di Jakarta.

Baru saja Jakarta di guyur hujan yang cukup lebat setelah hampir satu bulan tidak datang hujan walaupun sudah berada di musim hujan. Hujan tadi malam sejak pukul 22.20, deras sekali. Daerah tempat tinggalku bisa dipastikan akan banjir, bila selama 1 jam hujan turun dengan derasnya tanpa berhenti. Bagi para tetangga yang kebetulan memiliki rumah yang posisinya lebih rendah dari jalanan pasti kebagian jatah air dari langit ini. Seperti tadi malam, mereka bahkan ada yang tidak tidur hingga pukul 2 dini hari untuk membersihkan rumah mereka yang habis kebanjiran.

Ya.. begitulah langganan setiap tahunnya. Di hampir seluruh wilayah Jakarta bisa tergenang oleh air hujan. Banjir di Jakarta sedikit banyak dipengaruhi oleh sampah yang menggunung. Yang di sebabkan oleh buruknya perilaku manusianya. Mereka dengan tidak ada rasa bersalah membuang sampah sembarangan, baik di jalan, tempat umum, got, kali, sungai, laut. Sehingga bisa membuat saluran air tersumbat. Dan yang tekena imbas perilaku jorok mereka, bukan hanya mereka sendiri, tapi semua orang bisa terkena kebanjiran. Seolah tidak ada kapoknya kebajiran, masih saja tidak ada kesadaran dari mereka untuk mengubah kebiasaannya.

Teringat acara televisi - "Sisi Lain" - yang di tayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta. Di dalam acara tersebut diperlihatkan bagaimana perjuangan seorang ibu yang mengajak ibu-ibu lain didaerahnya untuk mengolah sampah-sampah dapur mereka untuk kemudian diproses dan dimanfaatkan menjadi kompos. Prosesnya yang dibutuhkan untuk mengubah sampah-sampah itu hingga menjadi kompos dibutuhkan waktu selama 6 minggu. Selain mereka ikut menjaga kebersihan daerahnya, juga mereka bisa membantu dapur ikut ngebul, dengan menjual kompos-kompos hasil olahan sederhana tangan mereka sendiri.

Acungan jempol untuk mereka.

Read more...

1 Desember 2007

>> Saturday, December 1, 2007

Tanggal 1 Desember yang di peringati sebagai hari AIDS sedunia. Virus yang sampai sekarang masih saja menakutkan. Karena, masih belum ada obat yang bisa menyembuhkan. Dan semakin hari semakin bertambahlah jumlah para penderita AIDS atau ODHA di seluruh dunia.

Ngeri...

"Semua gelap..." begitu pengakuan dari orang yang baru mengetahui bila dirinya terinfeksi virus mematikan. Yah semua berawal dari perilaku atau kebiasaan kita dalam membawa diri dalam pergaulan. Ada orang yang terinfeksi karena melakukan free sex dan ada juga karena penggunaan narkotika bahkan ada yang terinfeksi karena kecelakaan. Untuk yang terakhir ini, bisa jadi merupakan sebuah ujian dari Allah swt.

Menurut pekerja sosial - J. Siti Hanna - tema peringatan hari AIDS sedunia tahun ini adalah "Hope in Unity". Diharapkan dengan adanya kesatuan maka kita bisa membangun sebuah harapan untuk masa depan. Dimana semua elemen masyarakat diharapkan bisa saling bantu membantu dalam melakukan pencegahan dan menekan jumlah korban atau penderita AIDS.

Mudah-mudahan tidak ada lagi korban-korban berjatuhan karena adanya penyimpangan perilaku. Mari kita benahi diri untuk mengisi hari-hari dengan kebaikan. Agar hidup bisa lebih berarti dan bermanfaat. Wallahu'alam

Read more...

About This Blog

Tempat aku berbagi cerita, pengalaman. Serta belajar dari teman-teman yang hebat

  © Blogger templates Inspiration by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP