TDW University

Perda-ku Sayang Apa Kabar Mu?

>> Friday, November 30, 2007

Apa kabarnya Perda No. 2 tahun 2005 tentang pengendalian pencemaran udara dan Peraturan Gubernur No. 75 tahun 2005 tentang kawasan dilarang merokok.

Pada saat mulai diberlakukan pertama kalinya peraturan-peraturan tersebut, hanya saat itu pula penertiban diberlakukan bagi para perokok yang dengan sembarangan mengepulkan batangan-batangan rokoknya. Razia dilakukan ditempat umum seperti kantor pemerintah, kantor swasta, bis, lobby hotel, terminal, stasiun, halte, jalanan, warung kq5, dll.

Sama seperti peraturan-peraturan lainnya Perda ini pun mengalami nasib yang serupa, yaitu dilakukan hanya sesaat saja setelah disosialisasikan atau telah diumumkan, selanjutnya nasib Perda tersebut terserah anda.

Mungkin bagi para perokok sejati, pemberlakuan Perda yang hanya setengah hati tersebut menguntungkan, karena mereka masih bisa bebas merokok dimanan saja. Sementara bagi yang tidak merokok, keadaan tersebut sungguh sangat menjengkelkan. Bagaimana tidak, sebuah Perda yang memberikan ancaman hukuman kurungan selama-lamanya 6 bulan atau denda maksimal Rp. 50 juta ini masih saja disepelekan bahkan hanya dianggap angin lalu.

Walau sudah jelas instruksi dari gubernur DKI yang lalu - Bang Yos - untuk disetiap gedung perkantoran disediakan tempat khusus untuk merokok. Tapi tetap saja para pecinta rokok itu masih bandel, dengan tidak menggunakan tempat khusus merokok yang telah disediakan. Bahkan para pejabat yang hobi merokok seolah mencontohkan kepada para bawahannya untuk bisa bebas merokok di mana saja dikantor tersebut untuk merokok. Asap masih terlihat mengepul pada saat jam kerja, saat rapat berlangsung, saat jam istirahat. Hmm... kalau bisa dikatakan sungguh itu sangat keterlaluan.

Dana besar yang sudah dikeluarkan untuk menyediakan tempat khusus merokok di anggap hanya angin lalu. Padahal kalau saja mereka mau memikirkan sedikit saja, bahwa dana itu adalah dana rakyat yang digunakan. Diharapkan mereka mempunyai rasa yah paling tidak ikut tenggang rasa.

Para perokok itu bila diingatkan untuk tidak merokok, pastilah beragumen bahwa merokok adalah hak asasi bagi mereka. Sehingga bila ada pelarangan maka sama saja dengan pelanggaran HAM. Tapi apakah mereka tidak memikirkan bahwa bagi para pencinta udara bersih, udara yang bersih juga merupakan hak asasi bagi siapa saja. Maka siapa yang lebih melanggar HAM.

Perda dibuat bukan untuk melarang para perokok untuk menghilangkan atau menghentikan kebiasaannya. Hanya meminta sedikit rasa toleransi mereka kepada yang lain, untuk memindahkan tempat mereka merokok ke tempat yang telah khusus disediakan untuk merokok. Jadi yang diharapkan dari Perda No. 2 tahun 2005 tersebut yaitu dapat mengendalikan pencemaran udara. Sehingga semua orang dapat merasakan udara yang bersih dan segar untuk bisa di hirup setiap saat tanpa harus dicemari oleh asap rokok.

Mari bersama kita berharap, agar semua pihak memiliki kesadaran untuk menjaga dan mewujudkan clean air. Wallahu'alam.

Read more...

Tanaman Hias dan Gengsi

>> Wednesday, November 28, 2007

Gengsi... sungguh enam buah huruf yang bisa membuat orang mempunyai perilaku "aneh". Bahkan bisa membuat pelakunya terjerumus dalam perbuatan dosa.


Bagaimana tidak bila hanya untuk memperturutkan hawa nafsu kita untuk mengejar atau menaikkan gengsi dihadapan manusia, terkadang kita bisa melakukan apa saja. Yang haram menjadi halal. Contohnya banyak sekali bisa kita lihat di sekeliling kita. Kita ambil saja remaja sekarang atau biasa disebut ABG. Sudah bukan rahasia lagi kalau mereka saat ini sudah banyak yang melakukan free sex dalam usia yang masih sangat muda, hanya hitungan belasan tahun atau setara dengan mereka masih duduk di bangku SLTP. Mereka mau bila diajak om-om hidung belang hanya untuk mendapatkan sejumlah uang. Yang kemudian dari uang tersebut bisa digunakan untuk mengikuti life style seperti teman-teman yang lain. Memiliki HP keren atau ipod atau bisa makan di cafe, sehingga gengsi mereka terangkat didepan teman-temannya.

Kalau ABG saja bisa melakukan hal seperti itu hanya untuk meningkatkan gengsinya. Apalagi bila yang melakukannya adalah orang dewasa yang sudah cukup makan asam garam dan sudah terbiasa dengan pengahasilan yang banyak. Pastilah bisa lebih dahsyat lagi. Saat ini mereka yang mempunyai banyak uang sedang keranjingan atau demam tanaman hias. Seperti adhenium, anthorium atau yang lainnya. Tapi 2 jenis tanaman tersebut yang saat ini sedang naik daun. Maka jadilah saat ini orang sudah tidak memakai akalnya bila untuk urusan beli membeli tanaman tersebut. Dengan alih-alih sebagai sebuah hobi namun tidak jarang pula ini dijadikan ajang mencari popularitas ataupun gengsi-gengsian.

Bayangkan saja hanya sebuah anthorium berjenis supernova ataupun sejenis cobra, mereka yang berduit dan hobi dengan tanaman-tanaman cantik itu rela merogoh koceknya untuk mengeluarkan uang yang jumlah tidak main-main, yaitu Rp. 1 milyar atau Rp. 2 milyar. Sungguh bila uang itu dimanfaatkan untuk membantu saudara-saudara kita yang kekurangan dan menderita pastilah sangat baik. Dan tentunya akan ada nilai tambah kita dihadapan Sang Maha Kaya. Dua milyar rupiah dapat dipergunakan untuk membuat bangunan rumah untuk para korban lapindo yang sampai saat ini masih tidak jelas nasibnya. Atau membantu saudara-saudara kita yang tidak punya atau kekurangan. Sehingga tidak akan ada lagi anak-anak yang melakukan bunuh diri hanya karena orang tuanya tidak sanggup membayar sejumlah Rp. 2500,- untuk tugas dari sekolah.

Sungguh bila saudara-saudara kita yang berpunya itu mau menggeser sedikit saja pandangannya kebawah, pasti akan sangat banyak orang yang akan terangkat nasibnya. Ya Allah, beri kami kesadaran untuk saling berbagi dengan sesama, beri kami kelembutan hati agar kami bisa ikut merasakan kesulitan orang lain dan tergerak untuk membantu. Ya Allah, kabulkanlah do'a kami. Amiin. Wallahu'alam.

Read more...

Infaq oh infaq...

>> Tuesday, November 27, 2007

Sesungguhnya memang hanya Allh swt. jualah yang mampu menggerakan hati seseorang untuk berbuat baik.

"Maaf, enggak dulu deh" begitu jawaban salah seorang yang aku ajak untuk berinfaq, dalam rangka penggalangan dana yang dilakukan oleh KISPA untuk palestina. Atau bahkan ada yang tidak ada jawaban apa-apa, hanya melongos pergi begitu saja, padahal aku sudah mempromosikan habis-habisan tentang gambar masjid Al-Aqsa yang ada di kalender, yang akan menjadi iming-iming untuk mengajak mereka berinfaq. Ya Allah, ampuni hamba jika dengan menggerutu seperti ini dapat mengurangi keikhlasan hamba.

Tapi di lain waktu aku sangat senang dan semangat sekali bila yang aku ajak berinfaq, langsung dengan mudah dan gampangnya mereka menyambut ajakan ku itu. Bila infaq minimal untuk mengganti ongkos cetak kalender bergambar masjid Al-Aqsa tersebut hanya Rp. 5000,- mereka yang telah digerakan hatinya oleh Allah swt. dengan mudahnya memberikan berkali lipat dari jumlah infaq minimal. Ada yang memberikan Rp. 150.000,- ada yang Rp. 100.000,- atau Rp. 50.000,- bagi mereka yang memang memiliki kelapangan rezeki. Tapi bagi mereka yang memiliki keterbatasan dana, namun berkeinginan untuk berinfaq mereka hanya memberikan jumlah infaq minimal.

Demikianlah sebagian dari perilaku manusia dalam mengerjakan amal kebaikan. Ada yang merasa ringan namun tidak sedikit pula yang merasakan berat. Walaupun meraka memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan yang lain. Wallahu'alam.

Read more...

Selaput Dara dan Impotensi

>> Monday, November 26, 2007

Hmm... ngeri membayangkan judul diatas. Yah... tapi itulah yang sering terjadi, bahkan dijaman yang sudah berteknologi tinggi, dimana apapun bisa diselesaikan dengan teknologi.
Manusia-manusia modern tetap menginginkan atau merasa berhak mendapatkan kedua hal tersebut, yang konon katanya sebuah harga mati dalam merajut sebuah pernikahan yang indah.

Selaput dara, sesuatu yang selalu dituntut sebagai hak eksklusif - oleh seorang pria - kepada calon istri yang akan dinikahinya. Disinilah sebuah ketidakadilan telah dilakukan oleh pria. Dimana sering sekali si pria hanya menuntut apa yang merasa menjadi "HAK" baginya, namun dilain sisi sering tidak mempunyai keinginan untuk memberikan kewajiban yang seharusnya juga menjadi "HAK" bagi si wanita atau calon istrinya yaitu sebuah keperjakaan.
Begitu pula halnya dengan kondisi impotensi yang dialami oleh pria, biasanya mereka dengan sangat rapi menutupi kelemahannya tersebut. Entah dengan menggunakan atau mengkonsumsi obat kuat yang banyak dijual bebas atau dengan cara-cara lainnya yang terkadang tidak masuk akal.
Jadi teringat dengan seseorang janda beranak dua, yang ditinggal mati oleh suaminya. Namun akhirnya janda itu menikah kembali untuk dapat merasakan sebuah perlindungan bagi anak-anaknya dan dirinya sendiri tentunya. Dan berharap kedamaian dan ketenangan dari pernikahan tersebut. Seiring waktu berjalan ternyata diketahui bahwa suaminya menderita impotensi. Dan kehidupan indahnya pernikahan yang diimpikan ternyata masih berupa sebuah mimpi yang harus terus diimpikan dan diusahakan dengan melihat dari sisi lain. Begitu pula dengan seorang istri yang tiba-tiba ditanyakan oleh suaminya kenapa tidak ada darah yang keluar pada saat malam pertama.
Dari dua kejadian yang dialami oleh ke dua wanita tersebut, sangat jelaslah bahwa bagaimanapun kondisinya, pastilah si wanita yang mengalami kesedihan dan ketidak adilan. Bila si wanita yang memang merasa cukup menjaga keperawanannya lalu dipertanyakan seperti itu pastilah merasakan bahwa dirinya disangsikan atau bahkan lebih buruknya bisa merasa seperti telah direndahkan. Sedangkan bila istri menemukan bahwa suaminya impotensi, maka si wanita tersebut pastilah akan tidak banyak menuntut dan lebih banyak berdiam diri memendam kepedihannya.
Ya, di jaman teknologi seperti ini kalau hanya sebuah selaput dara saja sudah bisa dicontoh untuk dikreasikan ulang oleh teknologi buatan manusia, lantas untuk apalagi sebuah pertanyaan masalah darah dimalam pertama? Karena wanita yang sudah tidak perawan pun bisa dengan mudah mengoperasi untuk mengkreasi ulang selaput daranya. Lagi pula sudah ada penelitian dari para ahli bahwa selaput dara seseorang itu banyak sekali bentuknya dan masing-masing wanita mempunyai kondisi kelenturan yang berbeda-beda. Begitu pula dengan impotensi masih bisa diperbaikan dengan sebuah teknologi ataupun obat-obatan.
Jadi kenapa harus mempertanyakan lagi. Yang terpenting disini adalah bagaimana kita masing-masing bisa menjaga diri kita agar tidak terjerumus kedalam gaya hidup FREE SEX, yang sungguh memberikan banyak keburukan. Bagaimana kita mempersiapkan diri untuk memberikan yang terbaik untuk suami atau istri kita. Dan sesungguhnya telah jelas dijanjikan oleh Allah swt. bahwa wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan begitu pula sebaliknya. Jadi bila kita menginginkan istri atau suami kita kelak adalah yang terbaik, maka bagaimana dengan diri kita sendiri. Apakah kita juga sudah memiliki derajat yang baik pula seperti calon-calon yang kita impikan? Ya hanya diri kita sendiri yang bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan itu. Wallahu'alam.

Read more...

About This Blog

Tempat aku berbagi cerita, pengalaman. Serta belajar dari teman-teman yang hebat

  © Blogger templates Inspiration by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP