TDW University

Acungan Jempol untuk Bapak Tua

>> Friday, December 7, 2007

Umurnya mungkin hampir sama dengan umur simbok (= panggilan ibu, dalam bahasa Jawa. Tapi yang kupanggil ini adalah mbahku). Tapi entah karena penyakit tulangnya atau memang umurnya yang membuat dia tampak lebih tua. Karena setiap berjalan pasti menggunakan tongkat.

Bapak tua ini tidak lantas menyerah dan menunggu belas kasih orang lain untuknya. Dengan kesulitannya berjalan dengan menggunakan tongkat, tapi dia masih tetap melaksanakan sholat berjamaah di masjid setiap hari. Setiap sholat dia pasti akan memilih tempat di pinggir tembok, yang berfungsi sebagai bahan penyangga badannya pada saat akan ruku, sujud dan bangun dari duduk diantara dua sujud. Apabila dirinya menemui tempat favoritnya ditempati oleh orang lain maka dia akan "mengusir" orang itu. Namun bila dirasa tidak kuat, maka dia akan sholat sambil duduk. Begitulah aktivitasnya pada saat sholat berjamaah di masjid.

Bapak ini tinggal hanya dengan dua orang cucunya, karena istri tercinta sudah meninggal terlebih dahulu. Sementara anak dan menantunya ada di tempat lain di Jakarta. Keluarga kami memang hanya kenal nama dan mukanya saja dengan bapak itu, namun beberapa waktu yang lalu, dia menyempatkan datang kerumah dengan menggunakan tongkat setianya. Bila dihitung sudah tiga kali dia kerumah kami.

Dia kerumah untuk meminjam sejumlah uang ke ibuku. Tidak banyak hanya Rp. 50.000,- entah untuk keperluan apa. Yang terpikir saat itu kemana anak-anaknya, apakah mereka tidak memperhatikan orangtuanya ini? Sebelum pamit pulang si Bapak menyampaikan bahwa dia akan segera akan mengembalikan uang pinjamannya setelah mengambil uang pensiunannya. Sementara ibu mengatakan "tidak usah dikembalikan pak, biar untuk bapak saja". Ibu berkata seperti itu karena merasa kasihan terhadapnya. Tapi dia bersikeras untuk mengembalikannya. Akhirnya ibu mengalah saat itu, hanya untuk menyenangkannya. Namun telah merelakannya bila memang bapak tua itu tidak mengembalikan uang pinjaman tersebut. Dan benar saja sesuai yang dijanjikan bapak tua datang lagi kerumah untuk mengembalikan uang yang dipinjamnya beberapa waktu yang lalu.

Kami acungkan jempol dan salut kepada si Bapak. Setelah di hitung dia kerumah untuk meminjam uang dari ibu sudah 2 kali, dan selalu tepat mengembalikan pinjamannya, walaupun sudah dikatakan untuk tidak perlu mengembalikannya. Kami salut terhadap kegigihan bapak tua untuk menjaga harga dirinya (= izzah) di depan orang lain. Karena tidak sedikit orang yang masih muda saja, dengan mudahnya menjatuhkan harga dirinya ke level yang sangat rendah bahkan hina.

Belajar dari si Bapak tua. Bahwa ketuaan dan kelemahan yang kita alami, tidak perlu kita gadaikan untuk mencari belas kasih orang lain, untuk kemudian kita memanfaatkan demi sebuah keuntungan. Sungguh jarang aku menemui orang seperti si Bapak tua. Terlebih di masa sekarang, dimana keadaan ekonomi begitu sangat sulit, menghimpit semakin kencang, seolah tidak akan pernah bisa terbebas dari himpitan. Sehingga banyak yang ambil cara-cara mudah tanpa berkenginan untuk berusaha dan bekerja.

Ya Allah, jadikanlah hamba menjadi orang yang dilimpahi keberkahan dari rizki-Mu, jauhkan kami dari ke fakiran yang bisa menjerumuskan kami ke kafiran. Ijinkan kami bisa berbagi dengan sesama. Amiin.

0 comments:

Post a Comment

About This Blog

Tempat aku berbagi cerita, pengalaman. Serta belajar dari teman-teman yang hebat

  © Blogger templates Inspiration by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP