TDW University

Selaput Dara dan Impotensi

>> Monday, November 26, 2007

Hmm... ngeri membayangkan judul diatas. Yah... tapi itulah yang sering terjadi, bahkan dijaman yang sudah berteknologi tinggi, dimana apapun bisa diselesaikan dengan teknologi.
Manusia-manusia modern tetap menginginkan atau merasa berhak mendapatkan kedua hal tersebut, yang konon katanya sebuah harga mati dalam merajut sebuah pernikahan yang indah.

Selaput dara, sesuatu yang selalu dituntut sebagai hak eksklusif - oleh seorang pria - kepada calon istri yang akan dinikahinya. Disinilah sebuah ketidakadilan telah dilakukan oleh pria. Dimana sering sekali si pria hanya menuntut apa yang merasa menjadi "HAK" baginya, namun dilain sisi sering tidak mempunyai keinginan untuk memberikan kewajiban yang seharusnya juga menjadi "HAK" bagi si wanita atau calon istrinya yaitu sebuah keperjakaan.
Begitu pula halnya dengan kondisi impotensi yang dialami oleh pria, biasanya mereka dengan sangat rapi menutupi kelemahannya tersebut. Entah dengan menggunakan atau mengkonsumsi obat kuat yang banyak dijual bebas atau dengan cara-cara lainnya yang terkadang tidak masuk akal.
Jadi teringat dengan seseorang janda beranak dua, yang ditinggal mati oleh suaminya. Namun akhirnya janda itu menikah kembali untuk dapat merasakan sebuah perlindungan bagi anak-anaknya dan dirinya sendiri tentunya. Dan berharap kedamaian dan ketenangan dari pernikahan tersebut. Seiring waktu berjalan ternyata diketahui bahwa suaminya menderita impotensi. Dan kehidupan indahnya pernikahan yang diimpikan ternyata masih berupa sebuah mimpi yang harus terus diimpikan dan diusahakan dengan melihat dari sisi lain. Begitu pula dengan seorang istri yang tiba-tiba ditanyakan oleh suaminya kenapa tidak ada darah yang keluar pada saat malam pertama.
Dari dua kejadian yang dialami oleh ke dua wanita tersebut, sangat jelaslah bahwa bagaimanapun kondisinya, pastilah si wanita yang mengalami kesedihan dan ketidak adilan. Bila si wanita yang memang merasa cukup menjaga keperawanannya lalu dipertanyakan seperti itu pastilah merasakan bahwa dirinya disangsikan atau bahkan lebih buruknya bisa merasa seperti telah direndahkan. Sedangkan bila istri menemukan bahwa suaminya impotensi, maka si wanita tersebut pastilah akan tidak banyak menuntut dan lebih banyak berdiam diri memendam kepedihannya.
Ya, di jaman teknologi seperti ini kalau hanya sebuah selaput dara saja sudah bisa dicontoh untuk dikreasikan ulang oleh teknologi buatan manusia, lantas untuk apalagi sebuah pertanyaan masalah darah dimalam pertama? Karena wanita yang sudah tidak perawan pun bisa dengan mudah mengoperasi untuk mengkreasi ulang selaput daranya. Lagi pula sudah ada penelitian dari para ahli bahwa selaput dara seseorang itu banyak sekali bentuknya dan masing-masing wanita mempunyai kondisi kelenturan yang berbeda-beda. Begitu pula dengan impotensi masih bisa diperbaikan dengan sebuah teknologi ataupun obat-obatan.
Jadi kenapa harus mempertanyakan lagi. Yang terpenting disini adalah bagaimana kita masing-masing bisa menjaga diri kita agar tidak terjerumus kedalam gaya hidup FREE SEX, yang sungguh memberikan banyak keburukan. Bagaimana kita mempersiapkan diri untuk memberikan yang terbaik untuk suami atau istri kita. Dan sesungguhnya telah jelas dijanjikan oleh Allah swt. bahwa wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan begitu pula sebaliknya. Jadi bila kita menginginkan istri atau suami kita kelak adalah yang terbaik, maka bagaimana dengan diri kita sendiri. Apakah kita juga sudah memiliki derajat yang baik pula seperti calon-calon yang kita impikan? Ya hanya diri kita sendiri yang bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaan itu. Wallahu'alam.

0 comments:

Post a Comment

About This Blog

Tempat aku berbagi cerita, pengalaman. Serta belajar dari teman-teman yang hebat

  © Blogger templates Inspiration by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP